Makalah Sistem
Informasi Sumberdaya Perairan
APLIKASI
SIG DALAM BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN
Oleh:
Veni
Selvianty Zebua
110302058
LABORATORIUM
FISIOLOGI HEWAN AIR
MANAJEMEN
SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan makalah Sistem
Informasi Sumberdaya Perairan yang berjudul “Aplikasi SIG di Bidang
Kelautan Dan Perikanan”. Makalah ini dibuat untuk membahas tentang penginstalan dan penggunaan software ArcView 3.3.
Penulis
juga menyampaikan terima kasih kepada bapak Zulham Apandi Harahap S.Pi, M.Pi selaku
dosen penanggung jawab Praktikum mata kuliah Sistem Informasi Sumberdaya Perairan.
Ucapan terima kasih juga Penulis
sampaikan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan masukan
untuk makalah
ini.
Penulis menyadari makalah ini jauh dari
kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran, guna perbaikan makalah yang akan datang.
Medan, April 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.....................................................................................
DAFTAR
ISI...................................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang........................................................................................
1.2
Tujuan Praktikum....................................................................................
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian SIG..............................................................................................
2.2 Aplikasi SIG Dalam Sistem Informasi
Pengelolaan Sumberdaya Ikan........
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem informasi adalah sekumpulan
komponen yang saling berhubungan yang mengumpulkan, mengolah, menyimpan, dan
menyeberkan informasi untuk pengambilan keputusan, koordinat, kontrol, analisis
dan visualisasi dalam organisasi (Wahyuni,2009).
Ikan dengan mobilitasnya yang tinggi akan lebih mudah
dilacak disuatu area melalui teknologi ini karena ikan cenderung berkumpul pada
kondisi lingkungan tertentu seperti adanya peristiwa upwelling, dinamika
arus pusaran (eddy) dan daerah front gradient pertemuan dua massa air
yang berbeda baik itu salinitas, suhu atau klorofil-a. Pengetahuan dasar yang
dipakai dalam melakukan pengkajian adalah mencari hubungan antara spesies ikan
dan faktor lingkungan di sekelilingnya. Dari hasil analisa ini akan diperoleh
indikator oseanografi yang cocok untuk ikan tertentu. Sebagai contoh ikan
albacore tuna di laut utara Pasifik cenderung terkonsetrasi pada kisaran suhu
18.5-21.5oC dan berassosiasi dengan tingkat klorofil-a sekitar 0.3 mg m-3
(Polovia et al., 2001; Zainuddin et al., 2004, 2006). Selanjutnya
output yang didapatkan dari indikator oseanografi yang bersesuaian dengan
distribusi dan kelimpahan ikan dipetakan dengan teknologi SIG. Data indikator
oseanografi yang cocok untuk ikan perlu diintegrasikan dengan berbagai layer
pada SIG karena ikan sangat mungkin merespon bukan hanya pada satu parameter
lingkungan saja, tapi berbagai parameter yang saling berkaitan. Dengan
kombinasi SIG, inderaja dan data lapangan akan memberikan banyak informasi
spasial misalnya dimana posisi ikan banyak tertangkap, berapa jaraknya antara
fishing base dan fishing ground yang produktif serta kapan musim penangkapan
ikan yang efektif. Tentu saja hal ini akan memberi gambaran solusi tentang
pertanyaan nelayan kapan dan dimana bias mendapatkan banyak ikan (Kiyofuji and
Saitoh, 2004).
System Informasi Geografis adalah kumpulan yang terorganisir
dari pernagkat keras computer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang
dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, meng-update,
memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua bentuk informasi yang
bereferensi geografis (Anonymous, 2012).
Sistem ini pertama kali diperkenalkan di
Indonesia pada tahun 1972 dengan nama Data Banks for Develompment (Rais,
2005). Munculnya istilah Sistem Informasi Geografis seperti sekarang ini
setelah dicetuskan oleh General Assembly dari International Geographical
Union di Ottawa Kanada pada tahun 1967.Dikembangkan oleh Roger Tomlinson,
yang kemudian disebut CGIS (Canadian GIS-SIG Kanada), digunakan untuk
menyimpan, menganalisa dan mengolah data yang dikumpulkan untuk inventarisasi
Tanah Kanada (CLI-Canadian Land Inventory) sebuah inisiatif untuk
mengetahui kemampuan lahan di wilayah pedesaan Kanada dengan memetakan berbagai
informasi pada tanah, pertanian, pariwisata, alam bebas, unggas dan penggunaan
tanah pada skala 1:250000. Sejak saat itu Sistem Informasi Geografis berkembang
di beberapa benua terutama Benua Amerika, BenuaEropa, Benua Australia, dan
Benua Asia. Seperti di Negara-negara yang lain, di Indonesia pengembangan SIG
dimulai di lingkungan pemerintahan dan militer. Perkembangan SIG menjadi pesat
semenjak di ditunjang oleh sumberdaya yang bergerak di lingkungan akademis
(kampus) (Aini, 2012).
Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya pembuatan aplikasi SIG dalam
bidang kelautan dan perikanan adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui ikan di laut berada dan
kapan bisa ditangkap
2.
jumlah yang berlimpah merupakan pertanyaan yang sangat biasa
didengar.
3.
Meminimalisir usaha penangkapan dengan mencari daerah
habitat ikan, disisi biaya BBM yang besar, waktu dan tenaga nelayan
4.
mengetahui area dimana ikan bisa tertangkap dalam jumlah
yang besar
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Pengertian SIG
Sistem terdiri
dari sekumpulan komponen yang saling berinteraksi satu sama lain, dalam
menerima masukan, kemudian memprosesnya, dan menghasikan keluaran untuk
mencapai suatu tujuan system tersebut. Sedangkan informasi adalah data yang
berupa numeric maupun karakter yang telah diolah menjadi benda yang lebih
berguna dan yang berarti bagi yang menerimanya serta dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan. Jadi, system informasi adalah sekumpulan komponen yang
saling berhubungan yang mengumpulkan, mengolah, menyimpan, dan menyebarkan informasi
untuk pengambilan keputusan, koordinat, control, analisis, dan visualisasi
dalam organisasi (Anonymous, 2012).
Sistem informasi
geografis adalah alat dengan system computer yang digunakan untuk memetakan
kondisi dan peristiwa yang terjadi dimuka bumi. Teknologi SIG ini dapat
mengintegrasikan system informasi database seperti query dan analisis statistic
dengan berbagai keuntungan analisis geografis yang ditawarkan dalam bentuk
peta. Dengan kemampuan pada system informasi pemetaan (informasi spasial) yang
membedakannya dengan system informasi lain seperti database, maka SIG banyak
digunakan oleh masyarakat, pengusaha dan instansi untuk menjelaskan berbagai
peristiwa, memprediksi hasil dan perencanaan strategis (Environmental Systems
Research Institute, ESRI). SIG memiliki kapabilitas menghubungkan berbagai
lapisan data di suatu titik yang sama pada tempat tertentu, mengkombinasikan,
menganalisis data tersebut dan memetakan hasilnya. Teknologi ini juga dapat
mendeskripsikan karakteristik objek pada peta dan menentukan posisi
koordinatnya, melakukan query dan analisis spasial serta mampu menyimpan,
mengelola, mengupdate, dan secara terorganisir dan efisien (Zainuddin, 2006).
Sistem Jaringan Drainase perkotaan dapat
juga memanfaatkan teknologi informasi yang sedang berkembang saat ini, salah
satu sistem informasi tersebut adalah Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographical
Information System (GIS) yaitu suatu sistem informasi yang didesain
untuk bekerja dengan data yang berrefensi pada spatial atau koordinat
geografis. Perubahan penggunaan dan penutupan lahan, yang merupakan fungsi
ruang dan waktu, serta penyebab terjadinya banjir ini dapat dipresentasikan
lebih baik dalam data digital yang berstruktur data Sistem Informasi Geografis
(Rachmawati, 2010).
Tahapan Sistem Informasi Geografis
dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
1. pemasukan
data (Data entri), merupakan tahap awal yaitu mengumpulkan dan menyiapkan data
untuk di masukan ke dalam system.
2. Analisis
data (data analisis), pada tahap ini data yang dikumpulkan diolah dan
dianalisis, misalnya untuk menghasilkan pola-pola tertentu.
3. Tampilan
data (Data persentation), merupakan tahap akhir dan kelanjutan dari tahap
sebelumnya dengan menampilkan hasil analisa sehingga mudah dimengerti (Nugroho,
2003).
Sistem informasi geografis (SIG)
digolongkan ke dalam sistem informasi spasial dimana pemanfaatan SIG ini dapat
menyatukan pengetahuan yang dimiliki oleh nelayan dengan pengetahuan yang
dimiliki oleh ilmuan perikanan untuk kegiatan pengelolaan perikanan laut di
masa mendatang. Dalam kegiatan penangkapan ikan di laut, pertanyaan klasik yang
sering dilontarkan nelayan antara lain dimana ikan berada dan kapan bisa
ditangkap dalam jumlah yang berlimpah. Salah satu alternatif yang menawarkan
solusi terbaik adalah mengkombinasikan kemampuan SIG dan penginderaan jauh
(inderaja) kelautan. Dengan teknologi inderaja faktor-faktor lingkungan laut
yang mempengaruhi distribusi, migrasi dan kelimpahan ikan dapat diperoleh
secara berkala, cepat dan dengan cakupan area yang luas. Faktor lingkungan
tersebut antara lain SPL, konsentrasi klorofil-a, perbedaan tinggi permukaan
laut, arah dan kecepatan arus dan tingkat produktivitas primer. Ikan dengan
mobilitasnya yang tinggi akan lebih mudah dilacak disuatu area melalui
teknologi ini karena ikan cenderung berkumpul pada kondisi lingkungan tertentu
seperti adanya peristiwa upwelling, dinamika arus pusaran (eddy) dan
daerah front gradient pertemuan dua massa air yang berbeda baik itu
salinitas, suhu atau klorofil-aoutput yang didapatkan dari indikator
oseanografi yang bersesuaian dengan distribusi dan kelimpahan ikan dipetakan
dengan teknologi SIG. Data indicator oseanografi yang cocok untuk ikan perlu
diintegrasikan dengan berbagai layer pada SIG karena ikan sangat mungkin
merespon bukan hanya pada satu parameter lingkungan saja, tapi berbagai
parameter yang saling berkaitan. Dengan kombinasi SIG, inderaja dan data
lapangan akan memberikan banyak informasi spasial misalnya dimana posisi ikan
banyak tertangkap, berapa jaraknya antara fishing base dan fishing
ground yang produktif serta kapan musim penangkapan ikan yang efektif.
Tentu saja hal ini akan memberikan gambaran solusi tentang pertanyaan nelayan
kapan dan dimana bisa mendapatkan banyak ikan. (Muklis, 2008).
Geographic information systems (GIS) atau geospatial information systems is a
set of tools that captures, stores, analyzes, manages, and presents data that
are linked to location (s). Dalam terminologi sederhana,GIS, adalah
gabungan dari kartografi, analisis statistik, dan teknologi database. GIS
systems digunakan di kartografi, penginderaan jauh, survei pertanahan,
pengelolaan fasilitas umum, pengelolaan sumberdaya alam, geografi, perencanaan
perkotaan, navigasi dan sebagainya. Aplikasi GIS dalam bidang perikanan khususnya pada sistim
informasi perikanan telah banyak
dilakukan di banyak negara termasuk di Indonesia. Aplikasi GIS dalam sistim informasi
perikanan khususnya pada pemetaan
kelayakan lokasi budidaya (kelayakan lokasi budidaya tambak, kelayakan lokasi
KJA, kelayakan lokasi budidaya rumput laut dan sebagainya), peta daerah
potensil penangkapan ikan, peta tataruang wilayah pesisir
(Anonymous, 2008).
Analisis
Kelayakan Lokasi
Peta Kelayakan Tambak Kabupaten
Pinrang (A, musim kemarau,
B musim
hujan) (Sumber, BKRP Maros).
Pemikiran untuk pemanfaatan SIG dalam penangkapan ikan
diawali dengan kenyataan bahwa nelayan dalam melakukan kegiatan penangkapan
ikan banyak mengalami kegagalan dan biaya tinggi karena tidak menentunya lokasi
daerah penangkapan ikan. Mencermati
masalah tersebut di atas, maka perlu dilakukan suatu penelitian tentang zona
potensial penangkapan serta pola migrasi ikan kembung (Rastrelliger spp), sehingga pemanfaatannya dapat dilakukan secara
optimal dan terarah. Dimana pendekatan
yang dapat dilakukan yaitu melalui pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG)
yang merupakan suatu sistem berbasis komputer yang dapat digunakan sebagai alat dalam kegiatan eksplorasi daerah
potensial penangkapan ikan secara geografis dan menunjang pengelolaan
sumberdaya yang berwawasan lingkungan; serta pendekatan/pemanfaatan teknologi
penginderaan jauh (remote sensing)
yang merupakan model spasial yang bermanfaat untuk menghasilkan berbagai
informasi turunan melalui proses interpretasi.
Peta prediksi CPUE dan pola distribusi ikan cakalang
bulan April di perairan Teluk Bone (Sumber Mallawa, 2010)
2.2 Aplikasi SIG Dalam Sistim Informasi Pengelolaan
Sumberdaya Ikan
1. Alur Pikir Aplikasi SIG Dalam SIM Pengelolaan
SDP
Salah
satu dari bentuk pengelolaan sumberdaya laut dan pesisir adalah penataan ruang
kawasan pesisir dan laut. Penata ruang
umumnya didasarkan pada tiga kriterian kesesuaian yaitu : kesesuaian fisik dan
daya dukung (ekologis), kesesuaian ekonomi, dan kesesuaian sosial , budaya dan
hukum. Proses dan tahapan penataan ruang
disajikan pada Gambar 1 dan 2 sedang alur kegiatan penataan ruang disajikan pada
Gambar 3.
2. Database
Aplikasi SIG Dalam SIM Pengelolaan SDP
Sumberdaya perikanan dan pesisir dapat dimanfaatkan
untuk berbagai kepentingan ekonomis dengan berbagai cara dan metoda
pengelolaan. Database pengelolaan
sumberdaya perikanan tergantung dari tujuan pengelolaan dan atau pemanfaatan. Sebagai contoh database untuk pemanfaatan dan
atau pengelolaan kawasan pesisir peruntukan pariwisata
Gambar 1.
Proses Penataan Ruang
Gambar 2.
Tahapan penyusunan tata ruang
Gambar 3. Alur kegiatan
penataan ruang
berbeda dengan peruntukan
kawasan daerah perlindungan laut.
Database pengelolaan pesisir untuk kawasan pariwisata meliputi : bentuk
lahan, tutupan lahan, kuantitas air, kemiringan lahan, tutupan permukaan
lahan, kemudahan akses, risiko dan
sebagainya.
Pemetaan
Wilayah Pesisir Berbasis SIG
Pemetaan kawasan pesisir dan laut dapat dilakukan sesuai
tujuan dan sasaran. Misalnya untuk
melakukan pengaturan penangkapan ikan dan pencegahan konflik dapat dilakukan
zonasi daerah penangkapan ikan (Gambar 4), untuk optimalisai
pemanfaatan ruang dan pencegahan konflik kepentingan dapat dibuat peta tata ruang
kawasan pesisir dan laut (Gambar 5).
Gambar 4. Zonasi
daerah penangkapan ikan Kabupaten Luwu
Timur
Gambar 5. Peta tataruang
Kota Palopo (Sumber :Mallawa, 2006)
DAFTAR PUSTAKA
Aini, A. 2007. Sistem Informasi Geografi. http://www.p3.amikom.ac.id [04 April 2013].
Anonymous.
2012. Aplikasi SIG (Sistem Informasi Geografi). http://eprints.undip.ac.id/pdf [04 April 2013].
Anonymous.
2008. Pengenalan Arc View. http://bpdasctw.info.com [04 April 2013].
Kiyofugi dan
Saitoh. 2004. Studi
Dampak Kenaikan Paras Laut Dengan Memanfaatkan Data Aster/ Gdem Aster Dan Topex
Poseidon/Jason 1. http://repository.unhas.ac.id [ 07 April 2013].
Mallawa, 2010. Penggunaan Arcview Gis 3.3 Pada Perancangan
Aplikasi Sistem Informasi Geografis Lokasi Sekolah Di Wilayah Kota Bogor. http://repository.ipb.ac.id/pdf [ 07 April 2013].
Muklis, 2008. Pemetaan Daerah Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus
Pelamis) Dan Tongkol (Euthynnus Affinis) Di Perairan Utara Nanggroe
Aceh Darussalam. http://repository.ipb.ac.id/pdf [04 April 2013].
Nugroho, D. 2003.
Pelatihan Pengembangan Sumberdaya Manusia Dalam Perencanaan Konservasi
Sumberdaya Pesisir Dan Laut. http://eprints.undip.ac.id/pdf [04 April 2013].
Rachmawati, A. 2010.Aplikasi SIG untuk evaluasi sistem jaringan
drainase di sub das lowokwaru kota
Malang. http://rekayasasipil.ub.ac.id [04 April 2013].
Wahyuni, R.S. 2009. Sistem Informasi Geografis. http://library.binus.ac.id/pdf [04 April 2013].
Zainuddin, M. 2006. Database Informasi Penelitian Kelautan Dan
Perikanan. http://repository.ipb.ac.id [04 April 2013].